Minggu, 16 Januari 2011

EMPAT KEKUATAN MENANAM NILAI

Ada empat kekuatan yang disarankan untuk dimiliki para orang tua. Kekuatan yang membuat proses penanaman nilai-nilai berjalan secara efektif. Kekuatan untuk mengatasi rasa kecewa dan putus asa ketika apa yang diharapkan pada anak belum tercapai. Kekuatan untuk tidak berhenti berusaha dalam mendidik anak bagaimanapun keadaannya. Kekuatan untuk selalu memiliki harapan akan kebaikan anak.

Kekuatan-kekuatan itu bukan hanya harus kita miliki tapi juga harus digali seiring dengan bertambahnya umur anak kita. Empat kekuatan itu adalah :

Kekuatan Keteladanan

Tidak ada  efektifitas melebihi keteladanan dari orang tua pada anak dalam proses menanamkan nilai-nilai, terutama nilai religius. Keteladanan akan menjadikan segala yang diajarkan pada anak menjadi bermakna, demikian pula sebaliknya, segala yang diajarkan menjadi tidak bermakna bagi anak ketika tidak ada keteladanan dari orang tua.

Bahkan sesuatu yang sudah tertanam pada diri anak bisa menjadi hancur berantakan ketika anak melihat contoh yang berlawanan dari orang tua mereka.  Ada dua prinsip dalam masalah ketedanan yang harus diingat, pertama : kita hanya bisa memberi sesuatu yang kita miliki,  kedua : mengubah perilaku harus dengan perilaku, mengubah hati harus dengan hati. Jika kita ingin nilai-nilai agama dan kebaikan menjadi perilaku anak kita, maka nilai-nilai itu harus kita miliki dan sudah menjadi bagian dari hidup kita sehari-hari.

Kekuatan Ilmu

Semakin dalam ilmu seseorang tentang mendidik anak, membuat paradigmanya terhadap anak semakin benar. Paradigma yang benar tentang anak akan membuat seseorang bersikap dan berperilaku benar terhadap anak.

Betapa banyak anak dirugikan karena kesalahan paradigma orang tua mereka. Oleh karena itu para orang tua harus terus belajar dan belajar tentang siapa sesungguhnya anak itu.  ”makhluk”  apakah mereka, bagaimana karakternya, apa kecenderungannya, apa potensinya, dan sebagainya.  

Orang tua yang memiliki keluasan ilmu tentang mendidik akan lebih bijak, tidak mudah marah, dan kecewa dalam menghadapi anak mereka. Disamping itu, mereka juga akan lebih efektif dalam proses menanam nilai-nilai karena memahami tahapan-tahapannya, dan lebih kaya dengan alternatif solusi jika sebuah penanaman nilai belum berhasil.

Kekuatan ilmu itu bisa digali melalui membaca, sharing dengan orang tua lain, mengikuti seminar atau pelatihan tentang parenting. Jadilah orang tua yang memahami, bukan yang minta dipahami oleh anak. Hal tersebut hanya bisa dicapai dengan kekuatan ilmu.

Kekuatan Sabar

Apakah anda langsung menjadi orang baik seperti sekarang ini ketika dilahirkan ?  Tentu tidak, untuk menjadi baik kita membutuhkan proses panjang. Demikian pula anak kita, mereka juga membutuhkan proses yang panjang dan lama untuk menjadi baik. 

Oleh sebab itu, dibutuhkan kekuatan sabar, sabar menunggu hasil. Sabar untuk terus melakukan hal-hal baik pada anak dan tidak melakukan hal-hal buruk pada anak. Sabar untuk selalu memberi reward pada hal-hal baik yang dilakukan anak dan terus berusaha mengubah hal-hal buruk pada anak.

Al Qur’an mengajarkan pada kita agar menjadikan sabar sebagai kekuatan penolong kita , wasta’inu bis shobri was sholah. Allah sangat mencintai orang-orang yang sabar, innallaha ma’as shobirin. Kekuatan sabar inilah yang akan membuat kita tidak pernah berhenti untuk berusaha, walau harus berulang kali gagal. 

Kekuatan Do’a

Ketika semua ikhtiar dalam mendidik dan menanam sudah dilakukan dan hasilnya masih belum sesuai harapan maka doa adalah kekuatan terakhir dan senjata pamungkasnya.

Kekuatan yang akan terus memberi harapan baik dan positif bahwa pada akhirnya kelak anak kita akan menjadi baik. Kekuatan yang mampu menembus batas, batas yang tidak bisa dijangkau oleh kekuatan-kekuatan yang lain.

Doa juga bisa menjadikan segala usaha menanam nilai-nilai agama dan kebaikan pada anak menjadi lebih sederhana. Kesederhanaan itu dikarenakan ada campur tangan Allah sehingga proses menanam menjadi sangat efektif dan efisien. 

Sudahkah kita memanfaatkan saat-saat mustajabah  untuk mendoakan anak-anak kita? Saat-saat mustajabah (dikabulkannya doa) itu antara lain : saat berbuka puasa, saat wukuf di padang arafah, saat setelah salam dalam shalat, dan saat tengah malam ketika bertahajud.

Jika dijumpai hasil menanam nilai-nilai pada anak tersebut di atas belum sesuai harapan  atau gagal maka hal yang pertama harus dipertanyakan adalah sudah cukupkah doa kita untuk mereka pada saat-saat yang mustajabah itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar