Yuk Berdoa!
Mungkin ada di antara kita yang bertanya, mengapa kita
harus berdoa? Bukankah kita sudah shalat, puasa, zakat, bahkan
haji, sudah cukuplah ibadah tersebut melindungi kita dunia-akhirat.
Eit........, siapa bilang!
Berikut ini adalah beberapa alasan kita harus berdoa, semoga bisa membuat kita
tergerak untuk mendayagunakan kekuatan doa:
1.
Doa merupakan
perintah Allah SWT.
“Dan Rabb kalian
telah berfirman: “Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan bagi
kalian. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku
(berdo’a kepada-Ku) akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina.” (Ghafir: 60)
Logikanya,
jika Allah SWT. meminta kita berdoa kepada-Nya, tapi kita malah tidak
melakukannya, berarti kita telah menyepelekan perintah-Nya, wajar saja kalau
dalam ayat tersebut Allah menyatakan bahwa orang-orang yang tidak mau berdoa
pada-Nya adalah orang yang menyombongkan diri, karena seperti merasa tidak
membutuhkan pertolongan dari Allah.
2. Rasulullah SAW. bersabda bahwa doa adalah ibadah.
“Sesungguhnya doa adalah ibadah” (H.R. Tirmidzi)
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih mulia di hadapan Allah
daripada doa.” (Tirmidzi)
Luar biasa! Kedudukan doa
begitu tinggi, doa bernilai ibadah dan itu berarti meninggalkan doa sama dengan
mencetak dosa. Ironisnya, kebanyakan orang yang enggan berdoa justru
orang-orang pendosa, bukankah dengan ogah berdoa malah semakin memperbanyak
kalkulasi dosa kita? Padahal bisa jadi dengan berdoa, Allah berkenan
membersihkan diri kita dari dosa-dosa.
3. Malas berdoa menandakan kelalaian
Lalai itu berbeda dengan
lupa. Lupa merupakan perbuatan tidak sengaja atau tidak disadari, sehingga
orang yang lupa tidak terhitung bersalah. Sedangkan lalai terjadi dalam keadaan
tahu dan sadar, tetapi malas mengerjakannya, orang yang lalai akan mendapat
ganjaran hukuman yang berat karena ia meremehkan ”aturan”.
Begitu pun
dalam berdoa, jika kita secara sadar meninggalkan doa, padahal kita ingat bahwa
seharusnya kita memanjatkan doa dalam kondisi tersebut, itu menunjukkan
kelalaian diri kita.
4. Doa dapat membuka pintu rahmat Allah
“Barangsiapa di antara kalian yang
dibukakan baginya pintu doa, niscaya akan dibukakan baginya pintu-pintu rahmat.
Dan tidaklah Allah dimintai sesuatu yang lebih Allah cintai dari meminta
keselamatan (di dunia dan akhirat). Sesungguhnya doa itu bermanfaat pada
hal-hal yang sudah terjadi ataupun yang belum terjadi, maka hendaklah berdoa
wahai hamba-hamba Allah!” (H.R.
At-Tirmidzi)
Untuk yang sering komplain, merasa hidup susah, kerja susah, nganggur susah,
semua serba susah, bisa jadi karena kita belum menggunakan doa sebagai senjata,
kita berdoa masih asal jadi dan asal bunyi. Karena sejatinya, Allah pasti
membuka rahmat-Nya bagi orang-orang yang meminta pada-Nya. Allah tidak sama
dengan manusia yang makin diminta makin kesal, karena kalau kita tidak meminta
pada-Nya, bisa meminta pada siapa lagi?
Coba
perhatikan adab kalau kita menawarkan proposal pada perusahaan besar! Kita
pasti mencari waktu yang tepat, berpakaian rapi jali, di awal pertemuan kita
akan "memuji" dulu perusahaan itu, dengan tujuan merayu supaya
proposal diloloskan. Kalau meminta bantuan ke perusahaan saja ada adabnya,
apalagi meminta bantuan pada Allah.
Berikut adalah adab berdoa, siapa tahu selama ini doa kita tidak dikabulkan
karena ada adab yang tidak kita penuhi:
1. Mengawali
dengan Pujian dan shalawat
"Tatkalah Rasulullah SAW. duduk, tiba-tiba
masuk seorang laki-laki lalu berdoa: “Allahummaghfirli warhamni.” Maka
Rasulullah SAW. bersabda: “Kamu tergesa-gesa wahai orang yang berdoa, jika kamu
berdoa maka duduklah, lalu ucapkan pujian kepada Allah dengan sesuatu yang
layak bagi-Nya, dan bersalawatlah kepadaku kemudian berdoalah.” Kemudian ada laki-laki
lain berdoa setelah itu, ia mengucapkan pujian kepada Allah dan bersalawat
kepada nabi, maka nabi bersabda kepadanya:” Wahai orang yang berdoa, berdoalah
engkau niscaya dikabulkan.” (HR: Tirmizi, disahihkan Al-Bani).
Selain
sebagai etika dalam berdoa, mengucap shalawat pada Rasulullah SAW. dapat
menambah makbulnya doa kita, maka perbanyaklah shalawat pada Nabi! Jangan salah
paham, bukannya Allah SWT. atau Nabi SAW. yang membutuhkan pujian dari kita,
tetapi kitalah yang BUTUH memuji Allah dan Rasul-Nya, akan tetapi karena kita
tidak mengerti, maka Allah dan Rasul-Nya mengajarkan pada kita untuk melakukan
puji-pujian sebelum berdoa, dan kita dengan keji berprasangka bahwa Allah dan
Rasul-Nya haus pujian. Betapa sesatnya prasangka kita itu.
Bayangkan... kalau kita hanya bisa menolong 10 orang dari ribuan orang yang
meminta pertolongan pada kita, kira-kira kita akan mengutamakan siapa untuk
ditolong? Pastinya orang-orang yang lebih dekat dengan kita, orang-orang yang
baik, dan yang tau berterimakasih. Yah begitulah kira-kira analoginya,
bagaimana mungkin Rasulullah SAW. bisa menolong kita dan memberi syafaatnya
pada kita, kalau berterimakasih padanya (baca: bershalawat) saja kita ogah dan
pelit. Pasti beliau SAW. lebih memilih untuk memberi syafaat pada orang-orang
yang banyak memuji Allah dan bershalawat padanya. Maka, perbanyak pujian dan
shalawat agar kita pantas untuk diberi syafaat.
2. Bersungguh-sungguh
dan Yakin dalam Berdoa
“Jika salah seorang dari kalian berdoa, maka hendaknya
berketetapan hati dalam meminta, dan janganlah mengatakan: Ya Allah jika engkau
mau berilah aku, karena sesungguhnya tidak ada yang bisa memaksa Allah.” ( HR. Bukhari Muslim)
“Berdo’alah kalian kepada Allah dalam keadaan kalian yakin
akan dikabulkan. Sesungguhnya Allah tidak menerima do’a dari hati yang lalai
lagi main-main (tidak bersungguh-sungguh).” (HR. At-Tirmidzi)
Terkadang
kita sendiri tidak yakin apa yang kita mau. Kita bingung apa sih sebenarnya
yang kita inginkan, bagaimana mungkin Allah mengabulkan doa yang dipanjatkan
dengan ragu-ragu dan setengah hati?
Dengan berdoa, sebenarnya kita sedang
"dipaksa" belajar untuk mengenali diri sendiri. Apa sih yang kita
inginkan untuk diri kita? Dua tahun dari sekarang kita mau seperti apa? Lima
tahun dari sekarang kita ingin memiliki apa saja dan ingin menjadi apa? Kita
ingin hidup yang seperti apa?
So,....................... pikirkan
apa yang sebenarnya kita inginkan dan bersungguh-sungguhlah dalam meminta!
3. Berwudhu
dan Mengangkat Kedua Tangan
"Tatkala Rasulullah SAW. selesai dari perang
Hunain – Abu Musa mengatakan: Beliau meminta air lalu berwudhu, kemudian
mengangkat kedua tangannya seraya berdoa:” Ya Allah ampunilah Ubaid bin Amir.”
Dan aku melihat putih ketiaknya." ( HR: Bukhari Muslim)
Berwudhu
dan mengangkat kedua tangan dapat menambah kekhusyuan kita dalam berdoa, karena
ini menandakan bahwa kita mempersiapkan dengan baik sebelum berdoa.
4. Merendahkan
suara dalam berdoa
“Wahai manusia, sayangilah diri kalian, sesungguhnya
kalian tidak berdoa kepada yang tuli dan tidak pula yang jauh, kalian berdoa
kepada Yang Maha Mendengar dan Dekat, dan Dia selalu menyertaimu.” ( HR: Bukhari)
5. Memilih
waktu-waktu utama untuk berdoa
Seperti
saat-saat setelah shalat, saat azan, antara azan dan qamat, sepertiga malam
terakhir, hari Jumat, hari Arafah, saat turun hujan, saat sujud, dll.
6. Tidak
Mendoakan Keburukan
“Janganlah kalian
mendoakan jelek terhadap diri kalian, jangan pula terhadap anak-anak dan harta
kalian, jangan sampai kalian mendapati satu saat Allah diminta satu permintaan
lalu Dia mengabulkan untuk kalian.“ (
HR. Muslim).
Jangan lupa juga bahwa ketika kita berdoa untuk orang lain, ada malaikat yang
mengaminkan dan berkata "Dan begitu pula bagimu." Jadi ketika kita
mendoakan hal buruk untuk orang lain, bisa-bisa hal tersebut diaminkan pula
untuk kita.
7. Tidak
Terburu-buru
Lucu
ketika kita berdoa dan "maksa" doa tersebut langsung terkabul
seketika. Mengajukan proposal saja tidak langsung dapat jawaban saat itu juga,
harus bersabar menunggu panggilan, bahkan mungkin harus bersiap-siap mengajukan
kembali proposal yang sama beberapa kali, demi menunjukkan kesungguhan kita
dalam meminta.
Lalu kapankah kita
dikatakan terburu-buru dalam berdoa?
“Senantiasa dikabulkan
doa seorang hamba selama ia tidak berdo’a dalam perkara dosa atau dalam rangka
memutus hubungan silaturrahim, serta tidak terburu-buru.” Maka ada yang
bertanya, “Wahai Rasulullah shallallahualaihi wasallam, apa maksudnya
terburu-buru (dalam doa)?” Beliau shallallahu alaihi wasallam menjawab: “Yaitu
orang yang berdoa tersebut berkata: ‘Saya sudah berdoa dan berdoa, tapi belum
juga dikabulkan. Kemudian ia jenuh/bosan untuk berdoa dan akhirnya meninggalkan
doa (tidak lagi berdoa).”
8. Menjauhkan
Makanan Haram
"Seorang laki-laki melakukan perjalanan jauh dalam
keadaan rambutnya acak-acakan dan penuh debu, kemudian ia (laki-laki tersebut)
mengangkat tangannya ke langit (seraya berdoa), “Ya Rabbi, ya Rabbi,” akan
tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi makan
dari yang haram. Maka bagaimanakah doanya akan dikabulkan?” (HR. Muslim, dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu
anhu)
Perkara haram bukan hanya masalah fisik, meski kita tidak pernah menelan daging
a1, b2, bangkai, atau menenggak alkohol, sake, arak, dan sebangsanya, tapi
kalau ternyata uang yang kita belikan beras adalah uang hasil korupsi, maka
beras tersebut sudah berubah menjadi makanan haram. Lalu bagaimana mungkin kita
berharap doa kita dikabulkan jika kita memakan sesuatu yang haram?
Terkadang kita benar-benar memohon sesuatu pada Allah
yang butuh dikabulkan dengan cepat. Di saat inilah doa benar-benar menjadi
”senjata” yang dapat kita pergunakan sebagai kekuatan, karena kita yakin
sepenuh jiwa bahwa bagi Allah segala sesuatu mudah, Allah tidak mengenal waktu,
bagi-Nya cukup mengatakan ”Terjadi!” maka terjadilah detik itu juga.
Rasulullah SAW. Pernah mencontohkan ”doa yang mengancam”, dalam perang badar,
ketika ia melihat jumlah kaum musyrikin sebanyak seribu sedang pasukan islam
tiga ratus Sembilan belas, ia segera menghadap kiblat seraya mengangkat kedua
tangannya berdoa:
“Ya Allah wujudkanlah untuk kami apa yang engkau janjikan,
ya Allah berikanlah kepada kami apa yang engkau janjikan, ya Allah jika
sekumpulan kaum muslimin ini binasa, maka tidak ada yang akan menyembah engkau
di muka bumi ini.” Rasulullah saw terus melantunkan doa seraya membentangkan
kedua tangannya menghadap kiblat hingga selempangnya jatuh,” (HR. Muslim)
Begitu pula nabi Ayub a.s., ia menggunakan ”senjata” doa ketika mengalami
berbagai macam cobaan, setelah hartanya musnah, keluarganya tercerai berai,
penyakit berat pun ditimpakan padanya, ia terisoler dari manusia, dalam kondisi
seperti itu ia tetap bersabar dan mengharap ridho Allah SWT, dan ketika cobaan
itu telah berlarut lama, ia berdoa:
“Dan ingatlah (kisah Ayub), ketika ia menyeru Tuhannya:
“(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan
Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang. Maka Kami pun memeperkenankan
seruannya itu, lalu kami lenyapkan penyakit yang ada padanya…” ( QS: Al-Anbiya: 83-84).
Di saat rasa putus asa datang mendera, ”bunuh” segera dengan ”senjata”
pamungkas yang kita miliki, yaitu doa! Percayalah bahwa Allah tidak mungkin
menyia-nyiakan kebaikan yang pernah kita lakukan! Panjatkan doa dengan menyebut
amalan yang kita lakukan dengan ikhlas dan hanya mengharap keridhoan Allah
saja.
Sama seperti 3 pemuda yang terjebak dalam goa karena pintu goa tertutup oleh
batu besar. Masing-masing pemuda tersebut berdoa sambil menyebutkan amal
kebajikan terbaik yang pernah mereka lakukan, mereka meminta pada Allah untuk
mengeluarkan mereka dari goa tersebut jika memang amal kebajikan yang mereka
lakukan diterima oleh-Nya. Dan, benar saja, batu besar itu tergeser sehingga
mereka bisa keluar dari sana.
Seajaib itulah doa, maka apa yang membuat kita ogah berdoa pada-Nya?