Rabu, 18 Januari 2012


Yuk Berdoa!
Mungkin ada di antara kita yang bertanya, mengapa kita harus berdoa? Bukankah kita sudah shalat, puasa, zakat, bahkan haji, sudah cukuplah ibadah tersebut melindungi kita dunia-akhirat.
Eit........, siapa bilang! Berikut ini adalah beberapa alasan kita harus berdoa, semoga bisa membuat kita tergerak untuk mendayagunakan kekuatan doa:
1.    Doa merupakan perintah Allah SWT.
Dan Rabb kalian telah berfirman: “Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan bagi kalian. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (berdo’a kepada-Ku) akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina.” (Ghafir: 60)
Logikanya, jika Allah SWT. meminta kita berdoa kepada-Nya, tapi kita malah tidak melakukannya, berarti kita telah menyepelekan perintah-Nya, wajar saja kalau dalam ayat tersebut Allah menyatakan bahwa orang-orang yang tidak mau berdoa pada-Nya adalah orang yang menyombongkan diri, karena seperti merasa tidak membutuhkan pertolongan dari Allah.
 2. Rasulullah SAW. bersabda bahwa doa adalah ibadah.
    “Sesungguhnya doa adalah ibadah” (H.R. Tirmidzi)
    “Tidak ada sesuatu pun yang lebih mulia di hadapan Allah daripada doa.” (Tirmidzi)
Luar biasa! Kedudukan doa begitu tinggi, doa bernilai ibadah dan itu berarti meninggalkan doa sama dengan mencetak dosa. Ironisnya, kebanyakan orang yang enggan berdoa justru orang-orang pendosa, bukankah dengan ogah berdoa malah semakin memperbanyak kalkulasi dosa kita? Padahal bisa jadi dengan berdoa, Allah berkenan membersihkan diri kita dari dosa-dosa.
3. Malas berdoa menandakan kelalaian
Lalai itu berbeda dengan lupa. Lupa merupakan perbuatan tidak sengaja atau tidak disadari, sehingga orang yang lupa tidak terhitung bersalah. Sedangkan lalai terjadi dalam keadaan tahu dan sadar, tetapi malas mengerjakannya, orang yang lalai akan mendapat ganjaran hukuman yang berat karena ia meremehkan ”aturan”.
 Begitu pun dalam berdoa, jika kita secara sadar meninggalkan doa, padahal kita ingat bahwa seharusnya kita memanjatkan doa dalam kondisi tersebut, itu menunjukkan kelalaian diri kita.
       
4. Doa dapat membuka pintu rahmat Allah
         “Barangsiapa di antara kalian yang dibukakan baginya pintu doa, niscaya akan dibukakan baginya pintu-pintu rahmat. Dan tidaklah Allah dimintai sesuatu yang lebih Allah cintai dari meminta keselamatan (di dunia dan akhirat). Sesungguhnya doa itu bermanfaat pada hal-hal yang sudah terjadi ataupun yang belum terjadi, maka hendaklah berdoa wahai hamba-hamba Allah!(H.R. At-Tirmidzi)
    Untuk yang sering komplain, merasa hidup susah, kerja susah, nganggur susah, semua serba susah, bisa jadi karena kita belum menggunakan doa sebagai senjata, kita berdoa masih asal jadi dan asal bunyi. Karena sejatinya, Allah pasti membuka rahmat-Nya bagi orang-orang yang meminta pada-Nya. Allah tidak sama dengan manusia yang makin diminta makin kesal, karena kalau kita tidak meminta pada-Nya, bisa meminta pada siapa lagi?
        Coba perhatikan adab kalau kita menawarkan proposal pada perusahaan besar! Kita pasti mencari waktu yang tepat, berpakaian rapi jali, di awal pertemuan kita akan "memuji" dulu perusahaan itu, dengan tujuan merayu supaya proposal diloloskan. Kalau meminta bantuan ke perusahaan saja ada adabnya, apalagi meminta bantuan pada Allah.
       Berikut adalah adab berdoa, siapa tahu selama ini doa kita tidak dikabulkan karena ada adab yang tidak kita penuhi:
1. Mengawali dengan Pujian dan shalawat
"Tatkalah Rasulullah SAW. duduk, tiba-tiba masuk seorang laki-laki lalu berdoa: “Allahummaghfirli warhamni.” Maka Rasulullah SAW. bersabda: “Kamu tergesa-gesa wahai orang yang berdoa, jika kamu berdoa maka duduklah, lalu ucapkan pujian kepada Allah dengan sesuatu yang layak bagi-Nya, dan bersalawatlah kepadaku kemudian berdoalah.” Kemudian ada laki-laki lain berdoa setelah itu, ia mengucapkan pujian kepada Allah dan bersalawat kepada nabi, maka nabi bersabda kepadanya:” Wahai orang yang berdoa, berdoalah engkau niscaya dikabulkan.” (HR: Tirmizi, disahihkan Al-Bani).
   Selain sebagai etika dalam berdoa, mengucap shalawat pada Rasulullah SAW. dapat menambah makbulnya doa kita, maka perbanyaklah shalawat pada Nabi! Jangan salah paham, bukannya Allah SWT. atau Nabi SAW. yang membutuhkan pujian dari kita, tetapi kitalah yang BUTUH memuji Allah dan Rasul-Nya, akan tetapi karena kita tidak mengerti, maka Allah dan Rasul-Nya mengajarkan pada kita untuk melakukan puji-pujian sebelum berdoa, dan kita dengan keji berprasangka bahwa Allah dan Rasul-Nya haus pujian. Betapa sesatnya prasangka kita itu.
      Bayangkan... kalau kita hanya bisa menolong 10 orang dari ribuan orang yang meminta pertolongan pada kita, kira-kira kita akan mengutamakan siapa untuk ditolong? Pastinya orang-orang yang lebih dekat dengan kita, orang-orang yang baik, dan yang tau berterimakasih. Yah begitulah kira-kira analoginya, bagaimana mungkin Rasulullah SAW. bisa menolong kita dan memberi syafaatnya pada kita, kalau berterimakasih padanya (baca: bershalawat) saja kita ogah dan pelit. Pasti beliau SAW. lebih memilih untuk memberi syafaat pada orang-orang yang banyak memuji Allah dan bershalawat padanya. Maka, perbanyak pujian dan shalawat agar kita pantas untuk diberi syafaat.
2. Bersungguh-sungguh dan Yakin dalam Berdoa
Jika salah seorang dari kalian berdoa, maka hendaknya berketetapan hati dalam meminta, dan janganlah mengatakan: Ya Allah jika engkau mau berilah aku, karena sesungguhnya tidak ada yang bisa memaksa Allah.” ( HR. Bukhari Muslim)
Berdo’alah kalian kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan. Sesungguhnya Allah tidak menerima do’a dari hati yang lalai lagi main-main (tidak bersungguh-sungguh).” (HR. At-Tirmidzi)
Terkadang kita sendiri tidak yakin apa yang kita mau. Kita bingung apa sih sebenarnya yang kita inginkan, bagaimana mungkin Allah mengabulkan doa yang dipanjatkan dengan ragu-ragu dan setengah hati?
 Dengan berdoa, sebenarnya kita sedang "dipaksa" belajar untuk mengenali diri sendiri. Apa sih yang kita inginkan untuk diri kita? Dua tahun dari sekarang kita mau seperti apa? Lima tahun dari sekarang kita ingin memiliki apa saja dan ingin menjadi apa? Kita ingin hidup yang seperti apa?
        So,....................... pikirkan apa yang sebenarnya kita inginkan dan bersungguh-sungguhlah dalam meminta!
3. Berwudhu dan Mengangkat Kedua Tangan
"Tatkala Rasulullah SAW. selesai dari perang Hunain – Abu Musa mengatakan: Beliau meminta air lalu berwudhu, kemudian mengangkat kedua tangannya seraya berdoa:” Ya Allah ampunilah Ubaid bin Amir.” Dan aku melihat putih ketiaknya." ( HR: Bukhari Muslim)
Berwudhu dan mengangkat kedua tangan dapat menambah kekhusyuan kita dalam berdoa, karena ini menandakan bahwa kita mempersiapkan dengan baik sebelum berdoa.
4. Merendahkan suara dalam berdoa
Wahai manusia, sayangilah diri kalian, sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada yang tuli dan tidak pula yang jauh, kalian berdoa kepada Yang Maha Mendengar dan Dekat, dan Dia selalu menyertaimu.” ( HR: Bukhari)


5. Memilih waktu-waktu utama untuk berdoa
   Seperti saat-saat setelah shalat, saat azan, antara azan dan qamat, sepertiga malam terakhir, hari Jumat, hari Arafah, saat turun hujan, saat sujud, dll.
6. Tidak Mendoakan Keburukan
Janganlah kalian mendoakan jelek terhadap diri kalian, jangan pula terhadap anak-anak dan harta kalian, jangan sampai kalian mendapati satu saat Allah diminta satu permintaan lalu Dia mengabulkan untuk kalian.“ ( HR. Muslim).
        Jangan lupa juga bahwa ketika kita berdoa untuk orang lain, ada malaikat yang mengaminkan dan berkata "Dan begitu pula bagimu." Jadi ketika kita mendoakan hal buruk untuk orang lain, bisa-bisa hal tersebut diaminkan pula untuk kita.
7. Tidak Terburu-buru
     Lucu ketika kita berdoa dan "maksa" doa tersebut langsung terkabul seketika. Mengajukan proposal saja tidak langsung dapat jawaban saat itu juga, harus bersabar menunggu panggilan, bahkan mungkin harus bersiap-siap mengajukan kembali proposal yang sama beberapa kali, demi menunjukkan kesungguhan kita dalam meminta.
       Lalu kapankah kita dikatakan terburu-buru dalam berdoa?
Senantiasa dikabulkan doa seorang hamba selama ia tidak berdo’a dalam perkara dosa atau dalam rangka memutus hubungan silaturrahim, serta tidak terburu-buru.” Maka ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah shallallahualaihi wasallam, apa maksudnya terburu-buru (dalam doa)?” Beliau shallallahu alaihi wasallam menjawab: “Yaitu orang yang berdoa tersebut berkata: ‘Saya sudah berdoa dan berdoa, tapi belum juga dikabulkan. Kemudian ia jenuh/bosan untuk berdoa dan akhirnya meninggalkan doa (tidak lagi berdoa).”
8. Menjauhkan Makanan Haram
"Seorang laki-laki melakukan perjalanan jauh dalam keadaan rambutnya acak-acakan dan penuh debu, kemudian ia (laki-laki tersebut) mengangkat tangannya ke langit (seraya berdoa), “Ya Rabbi, ya Rabbi,” akan tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi makan dari yang haram. Maka bagaimanakah doanya akan dikabulkan?” (HR. Muslim, dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu)
         Perkara haram bukan hanya masalah fisik, meski kita tidak pernah menelan daging a1, b2, bangkai, atau menenggak alkohol, sake, arak, dan sebangsanya, tapi kalau ternyata uang yang kita belikan beras adalah uang hasil korupsi, maka beras tersebut sudah berubah menjadi makanan haram. Lalu bagaimana mungkin kita berharap doa kita dikabulkan jika kita memakan sesuatu yang haram?

         Terkadang kita benar-benar memohon sesuatu pada Allah yang butuh dikabulkan dengan cepat. Di saat inilah doa benar-benar menjadi ”senjata” yang dapat kita pergunakan sebagai kekuatan, karena kita yakin sepenuh jiwa bahwa bagi Allah segala sesuatu mudah, Allah tidak mengenal waktu, bagi-Nya cukup mengatakan ”Terjadi!” maka terjadilah detik itu juga.
       Rasulullah SAW. Pernah mencontohkan ”doa yang mengancam”, dalam perang badar, ketika ia melihat jumlah kaum musyrikin sebanyak seribu sedang pasukan islam tiga ratus Sembilan belas, ia segera menghadap kiblat seraya mengangkat kedua tangannya berdoa:
Ya Allah wujudkanlah untuk kami apa yang engkau janjikan, ya Allah berikanlah kepada kami apa yang engkau janjikan, ya Allah jika sekumpulan kaum muslimin ini binasa, maka tidak ada yang akan menyembah engkau di muka bumi ini.” Rasulullah saw terus melantunkan doa seraya membentangkan kedua tangannya menghadap kiblat hingga selempangnya jatuh,” (HR. Muslim)
        Begitu pula nabi Ayub a.s., ia menggunakan ”senjata” doa ketika mengalami berbagai macam cobaan, setelah hartanya musnah, keluarganya tercerai berai, penyakit berat pun ditimpakan padanya, ia terisoler dari manusia, dalam kondisi seperti itu ia tetap bersabar dan mengharap ridho Allah SWT, dan ketika cobaan itu telah berlarut lama, ia berdoa:
Dan ingatlah (kisah Ayub), ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang. Maka Kami pun memeperkenankan seruannya itu, lalu kami lenyapkan penyakit yang ada padanya…” ( QS: Al-Anbiya: 83-84).
       Di saat rasa putus asa datang mendera, ”bunuh” segera dengan ”senjata” pamungkas yang kita miliki, yaitu doa! Percayalah bahwa Allah tidak mungkin menyia-nyiakan kebaikan yang pernah kita lakukan! Panjatkan doa dengan menyebut amalan yang kita lakukan dengan ikhlas dan hanya mengharap keridhoan Allah saja.
        Sama seperti 3 pemuda yang terjebak dalam goa karena pintu goa tertutup oleh batu besar. Masing-masing pemuda tersebut berdoa sambil menyebutkan amal kebajikan terbaik yang pernah mereka lakukan, mereka meminta pada Allah untuk mengeluarkan mereka dari goa tersebut jika memang amal kebajikan yang mereka lakukan diterima oleh-Nya. Dan, benar saja, batu besar itu tergeser sehingga mereka bisa keluar dari sana.
        Seajaib itulah doa, maka apa yang membuat kita ogah berdoa pada-Nya?